PDIP.kabmalang.com - Menempuh Jalan Ideologi
POSISI PARTAI
Ir Soekarno pernah menuliskan "...partailah yang memegang obor, partailah yang berjalan dimuka, partailah yang menyuluhi jalan yang gelap dan penuh dengan ranjau-ranjau itu sehingga menjadi jalan yang terang. Partailah yang memimpin massa itu didalam perjungannya merebahkan musuh, partailah yang memegang komando dari barisan massa ..." (Ir Soekarno, Mencapai Indonesia Merdeka)
Pertanyaan yang muncul adalah : Kepada siapa rakyat pergi ketika menghadapi masalah?
Dari tiga hal tersebut ada hal penting yang harus dicermati
1. Internal partai; menyangkut struktur, program dan kualitas kader
2. Eksternal partai; pengurangan jumlah partai politik akibat tekanan negara atau korporasi yang menjadikan politik sebagai arena menambah biaya ekonomi.
Teknologi marketing yang merambah dunia politik yang mengkibatkan termarginalnya fungsi kader dan struktural partai dalam pertarungan politik. Marketing Politik melalui teknologi pencitraan, hubungan kemanusiaan dan ikatan ideologi digantikan dengan tabel-tabel angka, yang menempatkan rakyat hanya sebagai batang turus statistik.
Kemenangan partai-partai baru akibat teknologi marketing dapat menjadi contoh betapa impian para pendiri negeri tentang fungsi partai telah terputar balikkan, partai seakan menjadi biro iklan. Keadaan ini menjadikan pengelola partai berpikir secara pragmatis.
Elit partai semakin jauh dari rakyat, perdebatan menjadi bagian dari pemerintah atau berada diluar pemerintah cermin pendangkalan partai, partai diposisikn sebagai alat mencapai kekuasan semata, bukan dalam kepentingan membela kepentingan rakyat. Politik telah kehilangan karakter dengan membela nilai keutamaan dan moralitas. Kader merasa bangga apabila berdampingan dengan penguasa, bukan tertawa dan menangis bersama rakyat.
Partai harus dapat menjadi senjata rakyat dalam merubah nasibnya, bukan menjadi kendaraan kader partai dalam merubah nasib pribadi dan keluarganya.
Ketua Umum PDI Perjuangan mengingatkan
PDI Perjuangan harus bekerja dalam situasi psiko politik "anti-partai" dan "anti-ideologi". PDI Perjuangan harus bekerja dalam suatu masyarakat yang pragmatis, transaksional dan berpikir instant untuk kepentingan individu, kita harus bekerja dalam situasi dimana sebagian pihak menganggap menduduki jabatan publik melalui jalan partai adalah jalan baru mencapai keamanan ekonomi. Partai bukan lagi sebagai alat ideologi, alat perjuangan tetapi menjadi alat akumulasi ekonomi. Partai menjadi alat transportasi tercepat mencapai keuntungan individu, bukan lagi sarana untuk mewujudkan kepentingan rakyat.
Partai dituntut untuk menyatu dengan rakyat, sebagai mana pemikiran Bung Karno; Jika partai hendak menggerakkan rakyat; jika partai ingin memimpin rakyat; jika partai ingin menjadi pelopor dalam pergerakkan raktyat; maka tiada jalan yang paling benar kecuali partai turun dan menyatu dengan rakyat.
Dalam Sarinah Bung karno menuliskan:
"Gerakan massa itu. Itu adalah seboyan yang benar. Tetapi dapatkah orang menggerakkan massa jika tidak mengetahui kehendak-kehendak massa, dan dapatkah orang mengetahui kehendak massa jika tidak bergaul dengan mereka " Gerakan Massa Itu Bung Karno, Sarinah, 1963-305
Dengan demikian partai memiliki kewajiban untuk mengerti rakyat dan memiliki kewjiban membangkitkan rakyat, yakni kekuatan rakyat yang sadar, rakyat yang paham ideologi, politik dan cara-cara untuk meraih cita-citanya dengan jalan politik. Partai berkewajiban memberi pendidikan ideologi dan politik yang memadai.
Pendidikan yang sistematis dan terus menerus berjenjang dan baku. Pendidikan yang merubah karakter kader sesuai ideologi partai dan pendidikan yang melahirkan penyadaran berbangsa dan bernegara.
Kader-kader inilah yang mampu menggerakkan partai, memajukan partai, militan membela kepentingan rakyat, bangsa dan negara dan akan mengawal komitmen berbangsa dan bernegara yakni
1. Melindungi warga Negara;
2. Mewujudkan kesejahteraan umum;
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan;
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.
PDI Perjuangan harus mampu melahirkan kader-kader pilih tanding, kader-kader Ideologis, Kader-kader bangsa, yang akan membwa bangsa ini jepada masa depannya yang cemerlan
()
Dirangkum dari Buku Sekolah Partai
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.
www.MestiMoco.com
POSISI PARTAI
Ir Soekarno pernah menuliskan "...partailah yang memegang obor, partailah yang berjalan dimuka, partailah yang menyuluhi jalan yang gelap dan penuh dengan ranjau-ranjau itu sehingga menjadi jalan yang terang. Partailah yang memimpin massa itu didalam perjungannya merebahkan musuh, partailah yang memegang komando dari barisan massa ..." (Ir Soekarno, Mencapai Indonesia Merdeka)
Penjelasan Bung Karno tersebut telah jelas dengan gamblang bagaimana
pergerakan seharusnya di kembangkan untuk merubah nasib rakyat. Gerakan
massa, ataupun gerakan mayoritas massa yang menuntut perubahan yang
mendasar dan partailah yang menjadi pemimpin.
Pertanyaan yang muncul adalah : Kepada siapa rakyat pergi ketika menghadapi masalah?
- Ketika menghadapi masalah baik itu keseharian ataupun tindakan negara dalam melayani warganya, rakyat tidak menjadikan partai politik sebagai alamat untuk mengadu. Partai tidak dipandang sebagai pihak yang mampu membela rakyat, malah kadang partai dipandang sebagai bagian dari masalah. Keadaan ini dipicu oleh alpanya partai (politik) dalam membela kepentingan rakyat, baik dalam regulasi ataupun langkah kongkrit.
- Menguatnya antipati pada partai politik akibat trauma yang dalam akibat peralihan kekuasaan yng memakan korban pada era 60an. Partai dianggap sebagai sisi gelap, tidak memberi pencerahan tetapi memabah masalah.
- Munculnya banyak kasus yang melibatkan anggota partai utamanya KKN, sehingga memunculkan gerakan anti politisi busuk. Bahkan dapat dikatan saat ini kepercayaan rakyat pada partai pada posisi yang terrendah.
Dari tiga hal tersebut ada hal penting yang harus dicermati
1. Internal partai; menyangkut struktur, program dan kualitas kader
2. Eksternal partai; pengurangan jumlah partai politik akibat tekanan negara atau korporasi yang menjadikan politik sebagai arena menambah biaya ekonomi.
Teknologi marketing yang merambah dunia politik yang mengkibatkan termarginalnya fungsi kader dan struktural partai dalam pertarungan politik. Marketing Politik melalui teknologi pencitraan, hubungan kemanusiaan dan ikatan ideologi digantikan dengan tabel-tabel angka, yang menempatkan rakyat hanya sebagai batang turus statistik.
Kemenangan partai-partai baru akibat teknologi marketing dapat menjadi contoh betapa impian para pendiri negeri tentang fungsi partai telah terputar balikkan, partai seakan menjadi biro iklan. Keadaan ini menjadikan pengelola partai berpikir secara pragmatis.
Elit partai semakin jauh dari rakyat, perdebatan menjadi bagian dari pemerintah atau berada diluar pemerintah cermin pendangkalan partai, partai diposisikn sebagai alat mencapai kekuasan semata, bukan dalam kepentingan membela kepentingan rakyat. Politik telah kehilangan karakter dengan membela nilai keutamaan dan moralitas. Kader merasa bangga apabila berdampingan dengan penguasa, bukan tertawa dan menangis bersama rakyat.
Partai harus dapat menjadi senjata rakyat dalam merubah nasibnya, bukan menjadi kendaraan kader partai dalam merubah nasib pribadi dan keluarganya.
Ketua Umum PDI Perjuangan mengingatkan
PDI Perjuangan harus bekerja dalam situasi psiko politik "anti-partai" dan "anti-ideologi". PDI Perjuangan harus bekerja dalam suatu masyarakat yang pragmatis, transaksional dan berpikir instant untuk kepentingan individu, kita harus bekerja dalam situasi dimana sebagian pihak menganggap menduduki jabatan publik melalui jalan partai adalah jalan baru mencapai keamanan ekonomi. Partai bukan lagi sebagai alat ideologi, alat perjuangan tetapi menjadi alat akumulasi ekonomi. Partai menjadi alat transportasi tercepat mencapai keuntungan individu, bukan lagi sarana untuk mewujudkan kepentingan rakyat.
Partai dituntut untuk menyatu dengan rakyat, sebagai mana pemikiran Bung Karno; Jika partai hendak menggerakkan rakyat; jika partai ingin memimpin rakyat; jika partai ingin menjadi pelopor dalam pergerakkan raktyat; maka tiada jalan yang paling benar kecuali partai turun dan menyatu dengan rakyat.
Dalam Sarinah Bung karno menuliskan:
"Gerakan massa itu. Itu adalah seboyan yang benar. Tetapi dapatkah orang menggerakkan massa jika tidak mengetahui kehendak-kehendak massa, dan dapatkah orang mengetahui kehendak massa jika tidak bergaul dengan mereka " Gerakan Massa Itu Bung Karno, Sarinah, 1963-305
Dengan demikian partai memiliki kewajiban untuk mengerti rakyat dan memiliki kewjiban membangkitkan rakyat, yakni kekuatan rakyat yang sadar, rakyat yang paham ideologi, politik dan cara-cara untuk meraih cita-citanya dengan jalan politik. Partai berkewajiban memberi pendidikan ideologi dan politik yang memadai.
Pendidikan yang sistematis dan terus menerus berjenjang dan baku. Pendidikan yang merubah karakter kader sesuai ideologi partai dan pendidikan yang melahirkan penyadaran berbangsa dan bernegara.
Kader-kader inilah yang mampu menggerakkan partai, memajukan partai, militan membela kepentingan rakyat, bangsa dan negara dan akan mengawal komitmen berbangsa dan bernegara yakni
1. Melindungi warga Negara;
2. Mewujudkan kesejahteraan umum;
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan;
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.
PDI Perjuangan harus mampu melahirkan kader-kader pilih tanding, kader-kader Ideologis, Kader-kader bangsa, yang akan membwa bangsa ini jepada masa depannya yang cemerlan
()
Dirangkum dari Buku Sekolah Partai
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.
www.MestiMoco.com
0 komentar:
Posting Komentar
Ada Komentar???? untuk PDI Perjuangan Kabupaten Malang