PDIP.kabmalang.com -Partai dan Pemimpin Bangsa
D
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat
Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini.
Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.
www.MestiMoco.com
Setelah peralihan politik pada era 60an, Indonesia berada dibawah
kekuasaan otoriter, selama tiga dasa warsa. Dengan alasan mengejar
pertumbuhan ekonomi, dipaksa dengan sistem politik yang mengabaikan
kedaultan rakyat. Pemerintah berubah menjadi rejim yang membenarkan
segala cara untuk mempertahankan kekuasaan, "politik berakar keatas"
dengan praktek pengisian jabatan publik yang lebih berdasarkan loyalitas
kepada rejim. Peran partai untuk melahirkan pemimpin-pemimpin yang
berkarakter sangat minim.
Partai hanya diberi kesempatan untuk mengisi jabatan parlemen, dimana calon anggota pengisi jabatan parlemen telah diseleksi sehingga hanya mereka yang sesuai dengn kriteria pemerintah dapat duduk menjadi 'wakil rakyat' akibatnya parlemen dikenal tidak lebih sebagi juru stempel, yang jauh dari rakyat dan bahkan menjadi musuh rakyat.
Partai hanya diberi kesempatan untuk mengisi jabatan parlemen, dimana calon anggota pengisi jabatan parlemen telah diseleksi sehingga hanya mereka yang sesuai dengn kriteria pemerintah dapat duduk menjadi 'wakil rakyat' akibatnya parlemen dikenal tidak lebih sebagi juru stempel, yang jauh dari rakyat dan bahkan menjadi musuh rakyat.
Reformasi tahun 1988 menjadi jalan unuk merubah system politik otoriter
menjadi sistem yang lebih demokratis, mengabdi pada kepentingan rakyat.
Prestasi penting reformasi adalah menguatnya peran partai politik,
terutama dalam menemukan dan melahirkan pemimpin bangsa. Presiden wakil
presiden, Gubernur beserta wakilnya dan bupati serta walikota dipilih
secara demokratis. Apa artinya?, Tugas partai menjadi bertambah berat
dan memiliki implikasi strategis, yakni partai diposisikan sebagai pintu
bagi pemimpin formal dan pejabat publik.
Permasalahannya jika partai mendapat tugas legal dari negara untuk mengusulkan atau mendaftarkan calon pemimpin formal lantas apa yang dipersiapkan partai dalam menjalankan tugas mulia tersebut?, jika kita melihat konsisi partai secara umum, yang tampak adalah kondisi yang memprihatinkan. Beberapa contoh munculnya artis yang diusung partai menjadi kepala daerah. Bagi kita bukan masalah sosok artis tetapi sikap pragmatis dari partai, pilihan partai hanya pada pertimbangan jangka pendek, sekedar memanfatkn popularitas demi meraup suara.
PDI Perjuangan juga mengalami suatu tantang yang sama, dimana Di Sumatra Barat, Jawa Tengah dan Bali, dimana setelah menjabat mereka menyeberang, adalah suatu contoh nyata dimana PDI Perjuangan belum dilengkapi sistem kaderisasi yang mapan, sehingga kualitas dan loyalitas kader dapat dipercaya.
Maraknya politik uang sebagai dampak pragmatisme masyarakat, membuat partai politik menjadikan 'tiket' bagi 'siapa saja' yang mampu 'membeli tiket' tersebut. Bahkan banyak kasus oknum-oknum partai, memanfaatkan posisinya untuk kepentingan pribadi.
Permasalahannya jika partai mendapat tugas legal dari negara untuk mengusulkan atau mendaftarkan calon pemimpin formal lantas apa yang dipersiapkan partai dalam menjalankan tugas mulia tersebut?, jika kita melihat konsisi partai secara umum, yang tampak adalah kondisi yang memprihatinkan. Beberapa contoh munculnya artis yang diusung partai menjadi kepala daerah. Bagi kita bukan masalah sosok artis tetapi sikap pragmatis dari partai, pilihan partai hanya pada pertimbangan jangka pendek, sekedar memanfatkn popularitas demi meraup suara.
PDI Perjuangan juga mengalami suatu tantang yang sama, dimana Di Sumatra Barat, Jawa Tengah dan Bali, dimana setelah menjabat mereka menyeberang, adalah suatu contoh nyata dimana PDI Perjuangan belum dilengkapi sistem kaderisasi yang mapan, sehingga kualitas dan loyalitas kader dapat dipercaya.
Maraknya politik uang sebagai dampak pragmatisme masyarakat, membuat partai politik menjadikan 'tiket' bagi 'siapa saja' yang mampu 'membeli tiket' tersebut. Bahkan banyak kasus oknum-oknum partai, memanfaatkan posisinya untuk kepentingan pribadi.
Bagi kandidat yang telah membayar merasa tidak lagi perlu
bertanggungjawab atau bekerja untuk kepentingan partai. Oleh sebab itu
hal yang wajar apabila rakyat melakukan kritik dan merasa tidak lagi
mempercayai partai. Kondisi yang demikian tentunya menjadi suatu
tantangan bagi kader-kader partai bukan saja merubah citra partai
melainkan parpol secara sungguh-sungguh melakukan koreksi, dan
mentransformasikan kinerjanya, sehingga dapat menjalankan tugas
konstitusinya dan termasuk mempersiapkan kader-kadernya menjadi pejabat
publik yang dapat memenuhi harapan masyarakat. PDI Perjungan harus
menggunakan kesempatan emas dengan jalan memepersiapkan struktur dan
kultur sehingga mampu menemukan dan melahirkan pemimpin bangsa yang
dibekali ideologi
Munculnya konsultan politik yang
menjadikan politik sebagai sebuah komoditi. Proses pemenangan
dikerdilkan sebagai peristiwa transaksi jual beli, Calon pemimpin
dikemas sedemikian rupa tak ubahnya suatu "barang" yang dibungkus dan
kemudian diperdagangkan dengan teknologi marketing. Hubungan batiniah antara Pemimpin dan basis digantikan dengan citra
dengan lembaran kertas atau gambar dilayar kaca. Konsultan politik tak
ubahnya tukang rias yang mendandani kandidat sehingga muncul tidak
seperti aslinya, rakyat diposisikan sebagai angka-angka statistik bukan
lagi sebagai manusia yang memiliki pikiran dan jiwa yang luhur.
Pendidikan politik digantikan dengan hasil survey
PDI Perjuangan diharapkan mampu melahirkan kader pilih tanding, bukan hanya kader yang mampu memobilisasi sumber daya politik untuk meraih kemenangan dalam berkompetisi, melainkan mampu menjalankan roda pemerintahan. Kader inilah yang akan menjadikan idelogi negara sebagai landasan kerja dan melahirkan program pembangunan yang berpihak kepada rakyat. Posisi sebagai pejabat publik dijadikan sebagai bagian dari perjuangan partai, sehingga dapat diperlihatkan kepada rakyat perbedan antara kader partai PDI Perjuangan dibanding kader partai lainnya.
7. Herman H Oktiono |
www.MestiMoco.com
0 komentar:
Posting Komentar
Ada Komentar???? untuk PDI Perjuangan Kabupaten Malang