PDIP.kabmalang.com -
Sumber : http://politik.kompasiana.com/2012/07/16/sikap-gentleman-jokowi/
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.
www.MestiMoco.com
Jokowi : Kalahlah Secara Terhormat dan Bila Menang Tanpa Harus Menyakiti (Sumber Photo : Jokowi Official Website) |
Nglurug tanpo bolo, menang tanpo ngasorake..... , filosofi jawa ini sangatlah dahsyat! memupuk diri,
menjadikan jiwa pemberani...sifat pemenang dengan begitu elegan.
Ketika Jokowi diserang secara personal,
diejek terus menerus, bahkan ada tuduhan amat serius yaitu : Politik
Uang, lalu ada tuduhan soal sentimen agama, rasial yang bila dibaca amat
kejam sekali isinya, bukannya marah Jokowi malah adem ayem saja. Inilah
yang kemudian membedakan Jokowi dengan politisi lain yang cenderung
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan politik. Ia
tampaknya bersikap ‘Nothing To Loose’, karena ia datang ke
Jakarta ingin kerja berbakti untuk negaranya, untuk kebaikan negaranya
bukan untuk apa-apa, ia amat lugu tapi lurus dalam soal ini.
Kalaupun kalah ya kalah secara terhormat, kalaupun menang ia tidak ingin menyakiti. Ia benar-benar paham falsafah Jawa : menang tanpo ngasorake, menang
tanpa menyakiti, tanpa merendahkan, Ia memang benar-benar memanusiakan
manusia, ia melihat manusia bukan dari asalnya, bukan dari agamanya,
bukan dari siapa, dari apa, tapi manusia sebagai manusia yang harus dihormati dan dihargai pendapatnya, pikirannya dan kerjanya.
Jokowi bisa saja berkampanye jauh lebih
kejam dengan menguraikan buku yang dilempar Prijanto eks Wagub DKI
dimana disana Prijanto membongkar kebobrokan masa Pemerintahan Foke dan
ini sudah diserahkan pada KPK, tapi Jokowi menolak itu, ia tak mau
membangun keburukan orang lain, pikirannya penuh pekerjaan, ia tak
sempat berpikir untuk menjelekkan orang lain. Bila bertemu dengan Jokowi
yang dikatakannya terus hanya ‘bagaimana Jakarta di kemudian waktu’.
Inilah yang kita butuhkan bagi kepemimpinan kita kelak, bukan Pemimpin
yang hanya pandai bercitra diri, pemimpin yang pandai memburuk-burukkkan
lawan politik, tapi Pemimpin yang mengertinya hanya kerja…kerja dan
kerja, pemimpin yang hasil kerjanya berguna bagi rakyat banyak, bagi
kesejahteraan rakyat, bagi bayi-bayi dan bagi mereka yang kurang mampu.
“Pemimpin itu adalah Mengayomi, membangun arah, bukan ngomongin orang
lain, ngomongin asalnya dari mana, memfitnah ini itu” bagi Jokowi, agak
menciteer kata-kata Pramoedya Ananta Toer : ‘Seorang terpelajar harus jujur sejak dalam pikiran apalagi dalam tindakan‘.
Seperti saat Jokowi datang ke DKI secara resmi, walaupun itu simbolik tapi ia mengajak : “Ayo kita buat Industri Mobil” Saat
ia sudah dipastikan masuk sebagai kandidat, yang ia lakukan bukan
memerintahkan membuat baliho, atau ke salon dengan memoles mukanya
dengan make up tebal lalu senyum pasta gigi, tapi ia berkeringat naik ke
Busway, membuat program pra rencana, menyodorkan agenda-agenda
penawaran politik yang berupa estimasi kerjanya. Ia cerdas dalam membawa
arus Pilkada DKI, ketika di foto wartawan ia angkat kartu kesehatan,
secara sengaja atau tak sengaja Jokowi membawa atmosfir pertarungan
Pilkada DKI sebagai ‘Perang Agenda Kerja’ bukan ‘Perang Personal’. Dale
Carnegie seorang motivator paling besar dari Amerika Serikat pernah
berkata : “Orang yang sibuk dengan pekerjaannya, dengan prestasinya tak pernah berpikir untuk menjelek-jelekkan orang lain” Dan
inilah yang memang ada dalam pikiran Jokowi, otaknya penuh rencana
kerja yang taktis, ia tak menyisakan otaknya untuk memfitnah atau
memburuk-burukkan lawan, baginya orang lain adalah sekutu bukan musuh
potensial, etika Jokowi sudah masuk ke dalam tataran manusia
berkualitas.
Jika tampil di Televisi, Jokowi hanya
tertawa dan bicara soal agenda-agenda kerja, di wawancara wartawan juga
ngomongnya ide-idenya, ia tak pernah bangga dengan prestasinya di masa
lampau, bahwa hasil Kota Solo dinominasikan jadi kota terbaik di dunia,
ia tanggapi dengan biasa-biasa saja bukan memasang kesombongan dan bikin
baliho besar-besar “Sayalah Walikota terbaik Sedunia”, sama sekali
tidak ada dalam pikiran Jokowi, Jokowi mengajarkan rendah hati dalam
berpolitik, Jokowi mengajarkan kesantunan dalam arti sesungguhnya, bukan
ia santun tapi anak buahnya disuruh menggonggong, Ia hormati orang lain
dan ia sibuk dengan ide-idenya : small minds talk about people, average minds talk about events, great minds talk about ideas.. seperti kata Eleanor Roosevelt :
Orang berpikiran kecil sibuk membicarakan orang lain, orang berpikiran
medioker sibuk bicara kejadian-kejadian, dan Orang yang berpikiran
besar selalu bicara soal ide-ide, soal gagasan.
Jokowi bukan saja memang pekerja keras,
ia orang dicintai banyak orang dan hal ini merupakan sesuatu yang langka
dalam dunia politik kita, ketika ia dicintai banyak orang, ketika
prestasinya diakui di dunia Internasional, ketika semua orang
membicarakan dirinya dan menjadikan dia sebagai centrum orang yang
paling dikenang di Indonesia setelah Sukarno, Suharto dan Gus Dur.
Jokowi menjadi tidak sombong, tingkahnya tidak menyakiti, ia bersikap
sebagai seorang Gentleman….sebagai Lelaki Terhormat.
Dari Jokowi kita belajar banyak hal……….
-Anton DH Nugrahanto-. Sumber : http://politik.kompasiana.com/2012/07/16/sikap-gentleman-jokowi/
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.
www.MestiMoco.com
0 komentar:
Posting Komentar
Ada Komentar???? untuk PDI Perjuangan Kabupaten Malang